Blogger Widgets

Cerita Ngew3 Di P3rkos4 Supir Pribadi

Cerita ngewe di Perkosa Supir Pribadi | Bab 1 : Namaku Tari, umurku sudah tiga puluh lima tahun dengan dua orang anak yang sudah beranjak dewasa. Waktu menikah umurku masih sembilanbelas tahun dan sekarang anakku yang paling tua sudah berumur limabelas tahun sedang yang bungsu berumur tigabelas tahun. Kedua buah hatiku disekolahkan di luar negeri semua sehingga di rumah hanya aku dan suami serta dua orang pembantu yang hanya bekerja untuk membersihkan perabot rumah serta kebun, sementara menjelang senja mereka pulang.

Suamiku sebagai seorang usahawan memiliki beberapa usaha di dalam dan luar negri. Kesibukannya membuat suamiku selalu jarang berada di rumah. Bila suamiku berada di rumah hanya untuk istirahat dan tidur sedang pagi-pagi sekali dia sudah kembali leyap dalam pandangan mataku. Hari-hariku sebelum anakku yang bungsu menyusul kakaknya yang sudah lebih dulu menuntut ilmu di luar negeri terasa menyenangkan karena ada saja yang dapat kukerjakan, entah itu untuk mengantarkannya ke sekolah ataupun membantunya dalam pelajaran. Namun semenjak tiga bulan setelah anakku berada di luar negeri hari-hariku terasa sepi dan membosankan. Terlebih lagi bila suamiku sedang pergi dengan urusan bisnisnya yang berada di luar negeri, bisa meninggalkan aku sampai dua mingguan lamanya.

Aku tidak pernah ikut campur urusan bisnisnya itu sehingga hari-hariku kuisi dengan jalan-jalan ke mall ataupun pergi ke salon dan terkadang melakukan senam. Sampai suatu hari kesepianku berubah total karena supirku. Suatu hari setibanya di rumah dari tempatku senam supirku tanpa kuduga memperkosaku.



Seperti biasanya begitu aku tiba di dalam rumah, aku langsung membuka pintu mobil dan langsung masuk ke dalam rumah dan melangkahkan kakiku menaiki anak tangga yang melingkar menuju lantai dua dimana kamar utama berada. Begitu kubuka pintu kamar, aku langsung melemparkan tasku ke bangku yang ada di dekat pintu masuk dan aku langsung melepas pakaian senamku yang berwarna hitam hingga tinggal kutang dan kancut saja yang masih melekat pada tubuhku. Saat aku berjalan hendak memasuki ruang kamar mandi aku melewati tempat rias kaca milikku. Sesaat aku melihat tubuhku ke cermin dan melihat tubuhku sendiri, kulihat betisku yang masih kencang dan berbentuk mirip perut padi, lalu mataku mulai beralih melihat pinggulku yang besar seperti bentuk gitar dengan pinggang yang kecil kemudian aku menyampingkan tubuhku hingga pantatku terlihat masih menonjol dengan kencangnya.

Kemudian kuperhatikan bagian atas tubuhku, Toket ku yang masih diselimuti Kutang terlihat jelas lipatan bagian tengah, terlihat cukup padat berisi serta, “Ouh.. ngapain kamu di sini!” sedikit terkejut ketika aku sedang asyik-asyiknya memandangi kemolekan tubuhku sendiri tiba-tiba saja kulihat dari cermin ada kepalanya supirku yang rupanya sedang berdiri di bibir pintu kamarku yang tadi lupa kututup.
“Jangan ngeliatin.. sana cepet keluar!” bentakku dengan marah sambil menutupi bagian tubuhku yang terbuka.
Tetapi supirku bukannya mematuhi perintahku malah kakinya melangkah maju satu demi satu masuk kedalam kamar tidurku.
“Bejo.. Saya sudah bilang cepat keluar!” bentakku lagi dengan mata melotot.
“silakan ibu teriak sekuatnya, hujan di luar akan melenyapkan suara ibu!” ucapnya dengan matanya menatap tajam padaku.
Sepintas kulihat celah jendela yang berada di sampingku dan ternyata memang hujan sedang turun dengan lebat, memang ruang kamar tidurku cukup rapat jendela-jendelanya hingga hujan turun pun takkan terdengar hanya saja di luar sana kulihat dedaunan dan ranting pohon bergoyang tertiup angin kesana kemari.

Detik demi detik tubuh supirku semakin dekat dan terus melangkah menghampiriku. Terasa jantungku semakin berdetak kencang dan tubuhku semakin menggigil karenanya. Aku pun mulai mundur teratur selangkah demi selangkah, aku tidak tahu harus berbuat apa saat itu sampai akhirnya kakiku terpojok oleh bibir ranjang tidurku.
“Mas.. jangan!” kataku dengan suara gemetar.
“Hua.. ha.. ha.. ha..!” suara tawa supirku saat melihatku mulai kepepet.
“Jangan..!” jeritku, begitu supirku yang sudah berjarak satu meteran dariku menerjang tubuhku hingga tubuhku langsung terpental jatuh di atas ranjang dan dalam beberapa detik kemudian tubuh supirku langsung menyusul jatuh menindih tubuhku yang telentang.
Aku terus berusaha meronta saat supirku mulai menggerayangi tubuhku dalam himpitannya. Perlawananku yang terus-menerus dengan menggunakan kedua tangan dan kedua kakiku untuk menendang-nendangnya terus membuat supirku juga kewalahan hingga sulit untuk berusaha menciumi aku sampai aku berhasil lepas dari himpitan tubuhnya yang besar dan kekar itu. Begitu aku mendapat kesempatan untuk mundur dan menjauh dengan membalikkan tubuhku dan berusaha merangkak namun aku masih kalah cepat dengannya, supirku berhasil menangkap celana kancut ku sambil menariknya hingga tubuhku pun jatuh terseret ke pinggir ranjang kembali dan celana dalam putihku tertarik hingga bongkahan pantatku terbuka. Namun aku terus berusaha kembali merangkak ke tengah ranjang untuk menjauhinya. Lagi-lagi aku kalah cepat dengan supirku, dia berhasil menangkap tubuhku kembali namun belum sempat aku bangkit dan berusaha merangkak lagi, tiba-tiba saja pinggulku terasa kejatuhan benda berat hingga tidak dapat bergerak lagi.

“Bejo.. Jangan.. jangan.. JO!!!..” kataku berulang-ulang sambil terisak nangis.
Rupanya supirku sudah kesurupan dan lupa siapa yang sedang ditindihnya. Setelah melihat tubuhku yang sudah mulai kecapaian dan kehabisan tenaga lalu supirku dengan sigapnya menggenggam lengan kananku dan menelikungnya kebelakan tubuhku begitu pula lengan kiriku yang kemudian dia mengikat kedua tanganku kuat-kuat, entah dengan apa dia mengikatnya. Setelah itu tubuhnya yang masih berada di atas tubuhku berputar menghadap kakiku. Kurasakan betis kananku digenggamnya kuat-kuat lalu ditariknya hingga menekuk. Lalu kurasakan pergelangan kaki kananku dililitnya dengan tali. Setelah itu kaki kiriku yang mendapat giliran diikatkannya bersama dengan kaki kananku.

“Saya ingin mencicipi ibu..” bisiknya dekat telingaku.
“Sejak pertama kali saya melamar jadi supir ibu, saya sudah menginginkan mendapatkan kesempatan seperti sekarang ini.” katanya lagi dengan suara nafas yang sudah memburu.

“Tapi saya majikan kamu JO..” kataku mencoba mengingatkan.
“Memang betul bu.. tapi itu waktu jam kerja, sekarang sudah pukul 7 malam berarti saya sudah bebas tugas..” balasnya sambil melepas ikatan tali kutang yang kukenakan.
“Hhh mm uuhh,” desah nafasnya memenuhi telingaku.
08.31 | 5 komentar | Read More

Cerita Ngew3 Teman Sekantor

Cerita Ngewe Memek Dengan Teman Sekantor. Judulnya agak kasar memang dibacanya, tapi tak apa demi pembaca Cerita ngentot | Cerita dewasa | Cerita dewasa hot tau, bahwa kisah yang akan kuceritakan ini memang benar-benar layak untuk dibaca secara menyeluruh. Dalam kisah panas ku ini diceritakan dengan nama yang kusamarkan, mengingat demi menghormati privasinya aku pun berinisiatif untuk menyamarkan tempatnya. Para pembaca yang budiman, inilah kisah ku selengkapnya.
Di tempat kerjaku ada seorang teman wanita, Tia namanya. Tia memiliki tubuh yang sedikit tinggi dan langsing. Berparas manis, malah aku terkadang memandangnya sebagai Devi yang cantik. Berambut sebahu dan bergelombang. Walaupun tidak memiliki toket yang besar, tetapi kalo lagi jalan seksi sekali.
Sama dengan Devi, aku dengan Tia memiliki hubungan yang dekat. Malah aku rasa lebih dekat dibandingkan dengan Devi. Aku sering memijatnya di jam kantor, apabila Tia merasa pegal dan letih. Pada saat memijatnya itu, aku sering sekali memperhatikan Payudaranya yang tidak besar, tetapi ingin sekali aku menyentuhnya. Ahhhhh…
Seringnya aku bercanda atau memijatnya, membuat suasana kantor aku menjadikan hal yang biasa untuk dilihat. Walaupun ada sorot-sorot mata tajam kecemburuan, terutama lelaki yang menyukai Tia. Tetapi kami acuh saja, karena kami berdua menganggap hanya teman biasa dan tidak ada perasaan sesuatu apapun antara satu dengan yang lain. Tia tinggal di kontrakan semenjak tia masih dibangku kuliah. Berasal dari Sumedang, dan orang tuanya masih tinggal di sana. Suatu hari, akhir pekan di bulan Januari lalu, aku di telpon untuk segera datang ke kontrakannya.

“Ada apa sih, Ti?” tanyaku.
“Tolongin Aku dong, Aku nggak bisa ngeluarin CD film ku dari komputer. Kemaren karena macet, Aku matiin aja. Tapi sejak itu dvd-rom Aku nggak bisa dibuka. Hari ini Aku harus balikin dvd ke rental” katanya kemudian.
“Emang kagak bisa dipaksa? Setahu Aku ada lubang kecil di depan yang bisa dicolok untuk bisa dibuka dengan manual, lubangnya kecil, kamu sodok aja pake lidi atau kawat kecil, atau klip kertas kamu lurusin dulu..”
“Woi.. Kamu mau bantu Aku kagak? Aku nggak mau maksa dvd-rom Aku.. Ntar Aku kena pidana perkosaan Kamu mau tanggung jawab?” jawabnya ketus.
“At dah ni orang!! Galak amat sehhh??”
“Emang!!” katanya kemudian.
“Ya udah.. Aku kesana. Eh, di depan kontrakan Kamu udah nggak ada beling kan? Kalo masih ada tolong sapuin dulu, yah? Ntar kaki Aku luka..” kataku.
“Emang Kamu kesini kagak pake alas kaki?? Cepet kesini, bawel!!”
Tak lama setelah itu akupun meluncur ke kontrakan Tia. Sesampainya di depan Kontrakan Tia, terlihat sepi sekali. Berkali-kali aku ketuk-ketuk pagar, tetapi nggak ada sahutan. Tia memang berada di lantai satu dan posisi kamarnya ada di belakang, jadi wajar bila tidak mendengar ketukan aku. Tidak sabar karena matahari mulai terasa panas, aku telpon Tia melalui handphone.
“Woi, Ti.. Aku di depan nih, bukain pagar dong?”
“Iyaa.. Sebentar, Aku turun” kata Tia yang kemudian langsung mematikan Handphone.
Tidak lama kemudian dia datang dan langsung membukakan pagar.
“Sepi amat sih, Ti? Pada kemana orang-orang?” tanya aku.
“Adaa, kok. Mungkin mereka nggak denger aja. Teman kontrakan banyak yang keluar. Kalo si Mbak pembokat si Tia ada dibelakang” jawab Tia.
Setelah menutup pintu pagar, Tia masuk ke dalam diikuti aku dari belakang. Hari itu, Tia menggunakan celana pendek gombrong diatas dengkul dengan kaos warna putih. Aku terus mengikutinya sambil memperhatikan tubuhnya yang berjalan dengan gemulai, memperlihatkan lekuk badan dan bongkahan pantatnya yang bulat. Sesampainya di dalam kamar, aku langsung menghampiri komputernya, dan membuka perlengkapanku yang sudah aku persiapkan dari rumah.
Akhirnya aku dapat mengeluarkan secara manual dvd dari dalam. Setelah aku hidupkan, aku mencoba dvd-rom untuk memastikan drive tersebut bisa tetap digunakan seperti semula. Setelah yakin semuanya beres. Akupun berniat pamit pulang.
“Emang ngapain Kamu pulang buru-buru? Ngapel juga nggak, kan?”
“Iyaa, sih.. Aku cuma nggak enak aja lama-lama disini. Nggak enak sama temen-temen kos yang lain. Lagian ntar laki Kamu dateng gimana?”
“Temen kontrakan yang lain dilantai satu pergi keluar.. Tahu kemana. Kalau cowok Aku lagi ke Surabaya”
Konon dengan pacarnya ini Tia pernah hamil dan memiliki anak diluar nikah, karena hubungan mereka ditentang keluarga. Tetapi karena sesuatu hal, keluarganya menutupinya karena sampai saat ini mereka belum menikah. Walau mereka sudah pacaran sejak SMA.
“Mending Kamu bantuin Aku bersih-bersih kamar..” kata Tia kemudian.
“Bersiin kamar Kamu? Emang apanya lagi yang dibersihin?” aku menjawab sambil celingak-celinguk sekeliling kamar.
Memang banyak sekali barang-barang yang menumpuk di kamar kos Tia. Tetapi semua ditata apik, dan tidak ada sedikitpun kotoran yang terlihat. Akupun menghampiri kamar mandinya yang terletak didalam kamar. Itu pun terlihat bersih. Sementara Tia memperhatikan aku dengan heran.
“Apanya yang dibersihin sih? Oo, maksud Kamu barang-barang ini mau ‘dibersihin’, dikeluarin gitu?” tanya aku kemudian.
“Bukan!! Maksud Aku Kamu bantuin ngangkat ni barang-barang. Aku mau bersihin di belakangnya. Keliatannya sih bersih, tapi hanya di atas doang. Aku mau bersihin barang diatas lemari itu” Tia menerangkan sambil menunjuk barang-barangnya diatas lemari. Memang banyak sekali barangnya. Dan aku baru memperhatikan ada sedikit debu, dan sarang laba-laba disana”
“Woi..,. Ditanya malah bengong! Males yaah? Hahahaha..”
“Ayoo, laah.. nggak, Aku tadi baru liat ada sarang laba-laba.. Ternyata Kamu penyayang binatang juga, toh? Ngerajutin sarang di atas lemari..”
“Cerewet amat sih!! Udah sekarang kita mulai..” kata Tia.
“Ehh.., disini ada minum nggak? Nanti kalo Aku haus gimana?” kata aku kemudian.
“Ya ada donk. Emang Aku ngontrak di sini kagak pernah minum? Dikira Aku onta, cuma minum sekali terus tahan 2 hari puasa!! Di lemari es ada tuh.. Kalo mau, tapi self service yah!”.
Aku tertawa terpingkal-pingkal mendengar celotehan Tia, sementara Tia melotot menahan kesal melihat kelakuanku itu. Kamipun mulai bekerja. Sambil sesekali terbatuk-batuk karena debu diatas lemari ternyata banyak sekali, kami bergotong royong melakukan proyek pembersihan. Aku bertugas mengangkat barang-barangnya, sementara Tia yang bertugas membersihkan.
Di saat tertentu berulang kali Payudara Tia terlihat olehku. Yang membuat aku tambah bersemangat kerja, walau terbatuk-batuk diterjang oleh badai debu. Akhirnya setelah hampir satu setengah jam, kamipun selesai. Aku duduk di lantai bersandar pada tempat tidurnya untuk melepas lelah. Tak lama kemudian Tia membawa 2 gelas minuman, dan menyodorkan satu gelas kepada aku.
“Eh, katanya self service? Ini gelas isinya?” tanyaku.
“Minyak rem..!” kata Tia sengit.
Sambil tertawa aku menerima gelas yang disodorkan, minum sedikit, dan meletakkan di meja kecil di samping tempat tidur. Kemudian aku berdiri dan berjalan kebelakang kamar.
“Ehh, mau kemana Kamu? Di kasih minum malah kabur” tanya Tia.
“Minjem kamar mandi Kamu.. Aku mau cuci steam nih. Muka Aku lengket” Jawabku.
“Jangan ngabisin sabun Aku, yah? Kalo makenya banyak, pake sabun colek aja, atau pake yang di kotak plastik aja, ada rinso..”
“Terus, habis itu di lindes sama mesin, kan?!? Emang, muka Aku, muka dandang apa?”
Tia tertawa mendengar jawabanku, sementara aku mulai membilas mukaku kemudian membersihkannya dengan sabun muka milik Tia.
Setalah aku itu, aku kembali ke kamarnya. Aku melihat Tia sedang menonton film Prince Of Persia yang tadi macet di komputernya. Mungkin karena takut macet lagi, dia menonton dengan player DVD. Saat itu Tia menonton sambil memijat-mijat kakinya sendiri.
“Kenapa kaki Kamu, Ti?” tanya aku kemudian.
“Rada pegel nih..”
“Sini Aku pijitin.. Eh, mau nggak?”
“Ya, mau laa.. Pake nanya segala.. Dikantor aja mau, apalagi kalo lagi bener-bener butuh?”
Aku pun segera ambil posisi. Tia duduk dilantai dengan bersandar pada tempat tidur, sementara aku disamping kakinya.
“Emang Kamu belon nonton film Prince Of Persia ini?” Sambil memijat, aku bertanya
“Udah yang depan doang yang belakang-belakang belum, karena macet Aku belum sempet lanjutin lagi”
Kami tidak banyak bicara, terutama Tia karena asik menonton film yang diputarnya. Sesekali dia meringis menahan sakit pijatanku. Setelah kedua kakinya aku pijat, Tia minta punggungnya juga aku sentuh. Posisipun kami rubah, sekarang aku dipunggunginya. Sambil menonton acara film aku melakukan pijatan dari bahunnya, turun ke pinggang, kemudian ke bahu lagi. Terakhir baru dari bahu turun ke telapak tangan.
Karena yang ditonton lumayan seru, film yang diputar ternyata tidak lama. Setelah Tia mamatikan video playernya, dia mengubah channel lokal dan kembali menghampiriku. Kali ini dia tidak duduk di lantai, tapi di pinggir tempat tidurnya.
“Pijetin kaki Aku lagi doonk? Ntar balik ke punggung lagi yah?”
“Iyaa.. Tapi Kamu jangan moloor.. Nanti Aku pulang gimana?”
“Emang kenapa, Kamu mau Aku anterin pulang kerumah?”
“Kagaak.. Maksudnya, masa Aku ngucluk keluar kos sendirian..”
“Nggak laah.. nggak tidur kok. Udahlah.. Ayoo doonk” pinta Tia kemudian.
Akupun mulai memijat kakinya satu persatu. Sambil memijat dan dipijat, kamipun mengobrol masalah kantor dan pengalaman-pengalaman yang pernah kami lalui masing-masing. Sambil sesekali melihat acara di televisi bila ada yang menarik. Karena posisi Tia duduk di pinggir tempat tidur dengan kaki menapak di lantai sedangkan aku duduk di lantai menghadap kakinya, membuat aku pegal, aku membalikan badanku, untuk bersandar di tempat tidur. Dengan posisi itu aku bisa melihat televisi tanpa memalingkan kepala, karena letak televisi berada di depan Tia. Tetapi kondisi ini mengharuskan kepalaku di depan selangkangan Tia.
08.29 | 12 komentar | Read More

Cerita Seks Napsu Tante Girang

Cerita panas tante girang atau Cerita Dewasa Tante Girang ini adalah tentang seorang tante yang memiliki sebuah toko dan untuk menyingkat cerita langsung saja kita simak bersama cerita panas tante girang berikut ini:

Cerita panas tante girang ini di mulai setelah sekolah aku disuruh jaga toko Milik Tante Girang XXX yang sebenarnya bukan tante asliku, dia adalah teman dari dari ibu sodaraku jauh, ribet deh kalodiceritain, aku menjaga toko itu sudah sekitar 2 minggu. Karena toko milik Tante Girang XXX menjual sembako, maka pembelinya pun kebanyakan ibu-ibu ataupun perempuan. Saya yang bertugas untuk mengambilkan barang-barang seperti beras, gula ya hanya bersikap cuek saja terhadap banyaknya pembeli itu.

Inilah cerita dewasa panas yang paling seru. Sebut Tante Lina pemilik toko di sebelah tokonya Tante Girang XXX yang sepertinya juga tipe Tante Girang Binal, dia sering datang sore hari setiap toko akan ditutup. Dia biasanya saling omong-omong, bersenda gurau dengan Tante Girang XXX, dan apabila telah begini tentu lama sekali selesainya. Dan seperti biasanya, aku pulang duluan ke rumah karena Tante Girang XXX biasanya dijemput oleh suaminya atau anaknya.

Tapi suatu saat, ketika mau pulang aku teringat bahwa harus mengantarkan Indomie ke pelanggan, aku cepat-cepat balik ke toko. Dan memang toko sudah sepi, pintu pun hanya ditutup tanpa dikunci. Aku pun langsung masuk menuju tempat penyimpanan Indomie. Ternyata aku menyaksikan peristiwa yang tidak kuduga sama sekali, kulihat Tante Girang XXX dengan posisi tetelentang di antara tumpukan karung beras sedang dioral kemaluannya oleh Bu Lina. Tante Girang XXX sangat menikmati dengan rintihannya yang ditahan-tahan dan tangannya memegang kepala Bu Lina untuk dirapatkan ke selangkangannya.

Karena terkejut atas kedatanganku, maka keduanya pun berhenti dengan memperlihatkan wajah sedikit malu-malu. Tapi tidak sampai lima detik, mereka pun tersenyum dengan penuh artii

“Kamu belum pulang to Her (Hery namaku), kebetulan lho kita bisa rame-rame, ya kan Bu Lina..?” ucap Tante Girang XXX sambil menariktangan Bu Lina ke arah kedua dadanya yang terbuka.

“Ayo sini Her.., jangan malu, ughh, ahh..!” desah Tante Girang XXX lagi, kali ini tangannya melambai ke arahku.

Dan aku pun sempat bingung tidak tahu harus berbuat apa, tapi karena kedua wanita dalam keadaan tanpa pakaian seperti itu memanggilku, nafsu kelelakianku bangkit walaupun aku belum pernah merasakan sebelumnya. Perlahan aku mendekati keduanya sambil melihat mereka berdua. Seperti seorang raja aku pun disambut, mereka yang tadinya telentang dan menindih kini mereka bangkit dan duduk sambil menata rambutnya masing-masing.

Hanya lima langkah aku pun sampai di hadapanya, dan dengan lihai mereka berdua langsung meremas selangkanganku.

“Her, ini pernah masuk ke sarangnya belum..?” tanya Tante Girang XXX manja.

“Be.., belum Tante..!” jawabku polos sambil menahan rasa geli yang begitu nikmat.

“Wah.., hebat dong belum pernah. Pertama kali langsung dapat dua lubang..!” canda Bu Lina, sementara tangannya menarik lepas celanaku hingga aku benar-benar telanjang di hadapan mereka.

Dan sesaat kemudian aku merasakan kehangatan padabatang kemaluanku. Terdengar srup, srup ahh. Tante Girang XXX dan Bu Lina seakan ingin berebut untuk menikmati batang kemaluanku yang berukuran normal-normal saja.

“Ayo Bu.., hisap yang lebih kenceng biar keluar isinya..!”
“Iya Bu.., ini kontol kok enak banget sih..?”
“Cupp.., crupp..!” kata mereka berdua saling menyahut.

Aku hanya pasrah menikmati perlakuannya dan sesekali kuusap pipi-pipi kedua Tante-Tante itu dengan nafsu juga.
Tidak sampai 10 menit, aku merasakan sesuatu kenikmatan luar biasa yang biasanya terjadi dalam mimipi, badanku menegang, mataku terpejam untuk merasakan sesuatu yang keluar dari kemaluanku. Tumpahan maniku memuncrat mengenai wajah Bu Lina dan Tante Girang XXX, dan dengan serta merta Tante Girang XXX mengalihkan lumatan dari punyaku ke wajah Bu Lina. Dengan buas sekali mereka saling berciuman bibir, berebutan untuk menelan air kenikmatan punyaku. Aku pun berjongkok dan membuka paha Tante Girang XXX, Tante Girang XXX hanya menurut.
“Mau apa kau Sayang..?” desah Tante Girang XXX.

Aku hanya diam saja dan mengarahkan wajahku ke arah selangkangannya yang berbau anyir dan tampak mengkilap karena sudah basah. Aku mencoba untuk melakukan seperti di film-film. Kumasukkan lidahku ke dalam rongga-rongga vaginanya serta menyedot-nyedot klitorisnya yang kaku itu. Kurasakan ketika aku menyedot benda kecil Tante Girang XXX, Tante Girang XXX selalu menggelinjang dan mengangkat pantatnya, sehingga kadang hidungku ikut mencium benda kecil itu.

“Her.., kamu kok pinter banget sih, terus, terus uggh.. ughh.. ahhh, ehh, aahhh..!” ceracau Tante Girang XXX.

“Terus Her, terus..! Beri Tantemu surga kenikmatan, ayo Her..!” ucap Bu Lina yang memilin dan mengemut puting susu Tante Girang XXX.

“Terus Bu..! Her.., aku mau muncrat! Ayo Her.., sedot yang keras lagi..!” pinta Tante Girang XXX.

Aku pun semakin liar memainkan vaginanya, dan dengan teriakan Tante Girang XXX, “Aghh.., ughh..!” lidahku merasakan ada cairan kental keluar dari vagina Tante Girang XXX. Aku cepat-cepat menangkapnya dan sedikit ragu untuk menelannya.
“Her, sudah Her.., Tante sudah puas nih..! Kamu gantian dengan Bu Lina ya..!” ucapnya sambil tangannya mengusap cairannya yang keluar dari liang senggamanya.

Aku pun tidak sadar bahwa batang kemaluanku sudah bangun lagi, tegak dengan sempurna walaupun sedikit terasa ngilu.
“Bentar Her.., kamu disini dulu ya..!” pinta Bu Lina sambil keluar ke tempat tumpukan koran dan mengambil beberapa lembar.

Kemudian Bu Lina masuk ke gudang lagi dengan menggelar koran yang dibawanya. Setelah kira-kira cukup, Bu Lina menelentangkan tubuhnya dan memanggilku, “Ayo sekarang giliran saya dong Her..!” katanya sambil tangannya meremas susunya sendiri.

Aku pun langsung mengangkanginya dan kedua tangan pun mengganti tangannya untuk meremas susu-susunya yang masih kenyal. Lembut, halus, enak rasanya memegang payudara orang dewasa.

“Her.., masukin dong tuh burung kamu ke lubang Lina, ayo dong Her..!” bisiknya lembut.

|| intermezooo….Silahkan lanjutkan baca Cerita Ngentot Tante Girang nya ya….||||

Aku pun berusaha untuk mengarahkan masuk ke liangnya, tapi dasar memang masih amatir, terasa terpeleset terus.
“Ayo Lina bantu biar nggak salah sasaran..!” ucapnya.

Dan tangannya pun memegang batang kemaluanku dengan lembut dan memberikan kocokan sebentar, dan akhirnya dibimbing masuk ke lubang kenikmatannya.

Ini pertama kali kurasakan penisku masuk ke sarangnya. Terasa hangat, lembab, nikmat dan seperti ditarik-tarik dari dalam kamaluan Bu Lina. Secara naluri aku pun mulai menggerakkan pantatku maju mundur secara pelan dan berirama.
“Terus Her.., masukkin lagi yang lebih dalam, ayooo, ughh..!” desah Bu Lina.

Tangan Bu Lina pun telah memegang pantatku dan menekan-nekan supaya doronganku lebih keras, sedangkan kakinya telah melingkar di pinggangku.

Kira-kira hanya 10 menit berlalu, Bu Lina menjerit sambil menggaruk punggungku dengan keras, “Ooohhh.., aku ngejrot.., Her..! Yeess.., uhhh..!”

Kemudian tubuhnya lunglai dan melepaskan kakinya yang melingkar di pinggangku. Aku pun bangkit meninggalkan Bu Lina yang telentang dan tampak dari liang kenikmatannya sangat banyak cairan yang keluar. Kuhampiri Tante Girang XXX yang mulai menutup pintu-pintu tokonya. Aku pun turut membantunya untuk mengemasi barang-barang.

Setelah beberapa menit menunggu jemputan, terdengar telpon berdering. Setelah kuangkat ternyata mobil yang dipakai menjemput dipakai suaminya untuk ngantar tetangga pindahan. Kemudian aku pun menawarkan untuk mengantarkan ke rumah Tante Girang XXX dengan Impresa 95 kesayanganku.

Di dalam perjalanan, Tante banyak bercerita bahwa hubungan lesbinya dengan Bu Lina sudah 3 tahun, karena Omku suka pulang malam (mabuk-mabukan, judi, nomor buntut, dan sebagainya) sehingga tidak puas bila dicumbu oleh Omku. Sedangkan Bu Lina memang janda karena suaminya minggat dengan wanita lain.

Sampai di rumah Tante Girang XXX, suasananya memang sepi karena anaknya kuliah dan Omku sedang mengantar tetangga pindah rumah. Setelah aku angkat-angkat barang ke dalam rumah, aku pun lalu pamitan mau pulang kepada Tante Girang XXX. Aku terkejut, ternyata Tante Girang XXX bukannya memperbolehkan aku pulang, tetapi malah menarik tanganku menuju kamar Tante Girang XXX.

“Her.., Tante tolong dipuasin lagi ya Yang..!” pintanya sambil memelukku dan menempelkan kedua buah dadanya ke tubuhku.

Aku pun mencium bibirnya yang terbuka dan mengulumnya dengan nafsu, demikian pula Tante Girang XXX. Kemudian dengan dorongan, jatuhlah tubuh kami berdua di kasurnya, dan dengan bersemangat kami saling meraba, menindih, merintih. Hingga akhirnya aku melepaskan maniku ke dalam kemaluan Tante Girang XXX.

Aku pun pamitan pulang dengan mencium bibirnya dan meremas susunya dengan lembut. Kemudian dari laci lemari diambilnya uang seratus ribuan, dan diberikan kepadaku, “Untuk rahasia kita..!” katanya.

Sampai saat ini lebih dari 2 tahun aku bekerja di toko Tante Girang XXX, dan hubungan badanku dengan Tante Girang XXX dan Bu Lina masih berlangsung. Dan yang menyenangkan adalah Tanti, anak Bu Lina mau kupacari, dan aku ingin menjadikannya sebagai istri.
08.26 | 15 komentar | Read More

Cewek Ini Siap Pakai

,tentunya sudah siap buat memuaskan nafsu para lelaki.
08.19 | 1 komentar | Read More

World's Easiest Jobs With Tons Of Perks

World's easiest jobs with tons of perks. Shhh. She's working. Sleeping on the job is a requirement for the handful of writers hired by a travel website to test room amenities at China's leading hotels. Believe it or not, snooze button-hitting isn't even the easiest job out there. Imagine if your couch potato tendencies could earn you a living. How about your unique passion for luxury vacations. Most of us consider ourselves pros at napping and looking at cute pictures of kittens, but we don't expect to get paid for it . Maybe we should...By Piper Weiss, Shine staff

Pro sleeper 


Qunar, a Chinese travel review site, has hired three secret reviewers this year to assess the thread count, wi-fi strength, slipper softness, and room service at top hotels throughout the country. Meanwhile, Travelodge employs a full-time bed guru to nap in all of the national hotel chain's rooms, testing the quality of each mattress. In 2006, that guy earned close to six figures. Generally, expect to earn $1,500 a month.

Chocolate eater
 
 
At Godiva, chocolate testers are trained like sommeliers for the job, learning to inspect for sheen and cracks, taking "bunny sniffs" for aroma notes, and savoring the texture of up to 50 bonbons a day. Food testers can earn anywhere from $24,000 up to $70,000, depending on the company. It may sound easy to do, but it's a hard job to get. Godiva tasters go to "chocolate school" to qualify, while other companies require "super-tasters," those born with uniquely potent taste-buds.

Cute pet aggregator
 
 
For most of us, kitten ogling is for break-time. But if you're a web editor for Cute Overload or a casting agent at True Entertainment, the production company behind Animal Planet's "Too Cute" you have to comb through adorable footage and photos of sloths, kittens, and puppies for a living. The average salary of an entry level staffer for a cute-animal site can range from $10 an hour to $40,000 a year depending on location, company and responsibilities.

Mansion sitter
 
 
It's actually possible to live like a millionaire on $10,000 a year. One couple spent winter in the Pyranees and summer in Antibes, skimming leaves from their private pool, walking dogs, and chasing away burglars by simply occupying one mansion or another. Veteran house-sitters with killer reputations can charge around $200 a week to mind the mansion, that's in addition to room and board. For newbies, there's Luxuryhousesitting.com, a site that connects wanderers with high-end property owners in Florida, California, even Malta and the Virgin Islands. 

TV watcher

There's a solid market for this gig. Fast-typing fingers can earn you a starting salary of $25,000 to caption TV shows for the hearing impaired as you watch them. Production assistants for clip shows like "Talk Soup" spend their days flipping channels in search of potential segments to pass along to producers, earning a few hundred a week. At Nielson, a team of media researchers stay glued to the tube, 8 hours a day, $10 an hour, watching out for any product placements across networks.

Professional know-it-all
 
 
YouTube's partner program has turned self-made DIY videos into cash-money. The trick is to anticipate the things people want to know but afraid to ask. Can you draw a decent smokey eye? How well can you fold a paper airplane? Can you whistle? Super 'clicky' web tutorials on absurdly simple tasks can bank their makers up to $100k. "It's nice to get paid for doing absolutely nothing," the guy behind the popular "how to tie a tie" video told NPR.

Spa critic
 
 
If you're going to have strong opinions, why not use them to get massages? Susie Ellis, C.E.O of Spafinder, has gotten thousands in her 20-year career. She's traveled the world as an intrepid reporter, testing back rubs and aromatherapy rituals for her online spa directory. Freelance writers and editors for spa sites and magazines can get all the same massage perks without any of those C.E.O. headaches, and earn between $20,000 and $90,000 a year. 

Resort consultant
 
 
According to one branding website, a popular mommy blogger was hired by a family resort to spend four days as a V.I.P. guest and offer feedback on how to improve their kid-friendly features. In addition to an all-expense paid vacation, she earned $1,200 for her time. Nice work if you can get it. Too bad the

06.18 | 2 komentar | Read More